Hujan kembali turun, meneteskan benih kehidupan di segala penjuru tempat yg ia lewati.
Sang surya pun mengalah kepada Sang rembulan, bergantian shift demi menjaga kestabilan ekosistem di dunia.
Aku masih termenung di depan meja sendu seraya malam tanpa bintang belapis awan. Sepi.
Ku tulis ribuan bait senyap diatas kertas putih. Bercumbu dengan pena agar ia mau berkolaborasi dengan kertas, tangan, dan pikiran.
Seakan hariku tiada lagi kesenangan, terpaku dibawah naungan lampu remang disudut ruangan.
Inilah dilema yg selama ini berhasil menginvasi diriku, mengusak - asik jiwa yg tenang, dan meracuni otak dengan dogma - dogma bodoh yg terlahir sendiri.
Terima kasih gagal...
Terima kasih kecewa...
Kau mengajarkan ku bagaimana rasanya berantakan.
Pengalaman yg indah tak kuasa ditampung diwadah.
Terima kasih gundah, terima kasih.
Sang surya pun mengalah kepada Sang rembulan, bergantian shift demi menjaga kestabilan ekosistem di dunia.
Aku masih termenung di depan meja sendu seraya malam tanpa bintang belapis awan. Sepi.
Ku tulis ribuan bait senyap diatas kertas putih. Bercumbu dengan pena agar ia mau berkolaborasi dengan kertas, tangan, dan pikiran.
Seakan hariku tiada lagi kesenangan, terpaku dibawah naungan lampu remang disudut ruangan.
Inilah dilema yg selama ini berhasil menginvasi diriku, mengusak - asik jiwa yg tenang, dan meracuni otak dengan dogma - dogma bodoh yg terlahir sendiri.
Terima kasih gagal...
Terima kasih kecewa...
Kau mengajarkan ku bagaimana rasanya berantakan.
Pengalaman yg indah tak kuasa ditampung diwadah.
Terima kasih gundah, terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar