Bintang bersembunyi dibalik tebalnya awan yang lalu lalang
melintasi langit Tuhan
Mencoba bertanya
Ada apa dengan komet komet dan
planet di luar sana
Bulan sepi menjawab
Acuh karna seru dengan
'evolusi' yang tengah dilakukannya
Hanya berharap oksigen dan
karbondioksida membawa pesan rindu ini padamu nan jauh disana
Percayalah...
Aku tak bisa menahannya terlalu lama
Untukmu wahai wanita dalam doa.
Kamis, 21 April 2016
Jenuh, Enyahlah
Terlalu jenuh dengan semua penantian ini
Dengan segala macam skema yg
telah terjadi
Dengan semua fenomena pahit yg dialami
Dengan beribu
macam tragedi yg telah berlalu. Aku jenuh.
Sang Surya, berikan aku
ambisi untuk bangkit dan melawan dunia
Berikan aku nafsu untuk merampas
cita cita layaknya pembunuh bayaran
Karena hidup ku tidak berhenti di
titik ku kehilangan seseorang
Hidupku berhenti ketika aku kehilangan
sesuatu
-
-
-
-
Iman dan Harapan.
Mereka, guru yang bijaksana
Hujan kembali turun, meneteskan benih kehidupan di segala penjuru tempat yg ia lewati.
Sang surya pun mengalah kepada Sang rembulan, bergantian shift demi menjaga kestabilan ekosistem di dunia.
Aku masih termenung di depan meja sendu seraya malam tanpa bintang belapis awan. Sepi.
Ku tulis ribuan bait senyap diatas kertas putih. Bercumbu dengan pena agar ia mau berkolaborasi dengan kertas, tangan, dan pikiran.
Seakan hariku tiada lagi kesenangan, terpaku dibawah naungan lampu remang disudut ruangan.
Inilah dilema yg selama ini berhasil menginvasi diriku, mengusak - asik jiwa yg tenang, dan meracuni otak dengan dogma - dogma bodoh yg terlahir sendiri.
Terima kasih gagal...
Terima kasih kecewa...
Kau mengajarkan ku bagaimana rasanya berantakan.
Pengalaman yg indah tak kuasa ditampung diwadah.
Terima kasih gundah, terima kasih.
Sang surya pun mengalah kepada Sang rembulan, bergantian shift demi menjaga kestabilan ekosistem di dunia.
Aku masih termenung di depan meja sendu seraya malam tanpa bintang belapis awan. Sepi.
Ku tulis ribuan bait senyap diatas kertas putih. Bercumbu dengan pena agar ia mau berkolaborasi dengan kertas, tangan, dan pikiran.
Seakan hariku tiada lagi kesenangan, terpaku dibawah naungan lampu remang disudut ruangan.
Inilah dilema yg selama ini berhasil menginvasi diriku, mengusak - asik jiwa yg tenang, dan meracuni otak dengan dogma - dogma bodoh yg terlahir sendiri.
Terima kasih gagal...
Terima kasih kecewa...
Kau mengajarkan ku bagaimana rasanya berantakan.
Pengalaman yg indah tak kuasa ditampung diwadah.
Terima kasih gundah, terima kasih.
Langganan:
Postingan (Atom)